Breaking News

Pahlawan Pergerakan Nasional Indonesia: Mari Melihat Kisah Para Pahlawan Pergerakan Indonesia

Berbicara soal pahlawan, berikut 10 Pahlawan pergerakan kemerdekaan Nasional Indonesia :


Nama: Pangeran Diponegoro
TTL: Yogyakarta, 11 November 1785
Wafat: Makassar, 8 Januari 1855

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya. Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utama di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.


Nama: Tuanku Imam Bonjol
TTL: Bonjol, Sumatera Barat, 1 Januari 1772
Wafat: Manado, 6 November 1864

Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Tuanku Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu Malin Basa, Peto Syarif dan Tuanku Imam, yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil membuat penjajah kesulitan menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober 1837 Pihak belanda mengundang Tuanku Imam Bonjol ke Palupuh untuk berunding. Namun setibanya di tempat perundingan Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado.


 Nama: Cut Nyak Dhien
 TTL: Aceh Besar, 1848
 Wafat: Sumedang, 6 November 1908

Cut nyak dien ialah tokoh pahlawan Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi ketika suaminya Ibrahim Lamnga bertempur menentang Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang membuat Cut Nyak Dhien amat marah dan membuat sumpah ingin melawan Belanda pada Perang Aceh bersama suami keduanya, Teuku Umar. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada 11 Februari 1899.


Nama: Ki Hajar Dewantara
TTL: Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat: Yogyakarta, 26 April 1959

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia. Bahkan, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.


Nama: Raden Adjeng Kartini
TTL: Jepara, 21 April 1879
Wafat: Rembang, 17 September 1904

Kartini merupakan perempuan ningrat yang memiliki pemikiran moderat. Sebagian besar hidupnya beliau habiskan untuk memperjuangkan kesetaraan hak kaum wanita. Kartini mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Kartini pada 1912 di Semarang. Perjuangan Kartini mengubah paradigma masyarakat Indonesia terhadap gender. Partisipasi perempuan di sektor publik saat ini juga tak lepas dari berbagai pemikiran Kartini dalam surat-surat yang dikirim kepada temannya.


Nama: Pangeran Antasari
TTL: Kayu Tangi, Banjar, 1797
Wafat: Bayan Begok, Kalimantan Tengah,11 Oktober 1862

Pangeran Antasari (Gusti Inu Kartapati) adalah pahlawan nasional yang berjuang untuk melawan penjajahan Belanda yang terjadi di Indonesia khususnya pada daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Ia lahir pada tahun 1797 di Banjar. Ayahnya bernama Pangeran Masohut (Mas'ud). Ayahnya merupakan anak dari Pangeran Amir yang merupakan anak dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ibunya bernama Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ia berperan sebagai pemimpin yg berhasil menyatukan gerakan perlawanan rakyat Banjar yg tadinya berdiri sendiri-sendiri menjadi perlawanan yg lebih terkomando melawan kekuasaaan Belanda


Nama: Sultan Hasanuddin
TTL: Makassar, 12 Januari 1631
Wafat: 17 September 1904

 Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya melawan penjajah Belanda.. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia 24 tahun (tahun 1655). Sultan Hasanuddin melanjutkan perjuangan ayahandanya melawan VOC yang menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia bagian timur. VOC menganggap orang - orang Makasar dan Kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan berat. Bahkan VOC menganggap sebagai musuh yang sangat berbahaya. Pada saat peperangan Belanda terus menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat merugikan kerajaan dan rakyat Gowa, pada 18 November 1667.


Nama: Kapten Pattimura
TTL: Maluku, 8 Juni 1783
Wafat: Ambon, 16 Desember 1817


Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang dalam perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando Pattimura, sejumlah kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu menghadapi penjajah pada tahun 1817. Dalam perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk melawan Pattimura. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan tipu muslihat dan politik adu domba belanda. Pattimura dan para tokoh pejuang akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon pada 16 Desember 1817.


Nama: Sisingamangaraja XII
TTL: Bakara, 18 Februari 1845
Wafat: Dairi, 17 Juni 1907

Belanda menyerang Tapanuli pada tahun 1878, tetapi serangannya dapat dipatahkan oleh rakyat Tapanuli. Kemudian pada tahun 1889, pertempuran kembali berkobar dan Sisingamangraja XII bersikap bertahan. Akhirnya, pada tahun 1904, Belanda kembali menyerang. Dalam serangan tersebut, Sisingamangraja XII gugur. Ia mati dalam berjuang menentang kekuasaan Belanda di Tapanuli, Sumatera Utara.



Nama: Sultan Ageng Tirtayasa
TTL: Kesultanan Banten, 1631
Wafat: Batavia, 1692

Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. alam upaya mengalahkan VOC beliau banyak membangun irigasi/ saluran air, salah satunya yg membentang dari sungai Untung Jawa sampai Pontang, selain untuk meningkatkan produksi pertanian, saluran irigasi digunakan jg untuk memudahkan transportasi perang. karena jasanya inilah beliau bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (Ageng : Besar, Tirta : air)


Selain dari 10 pahlawan pergerakan nasional diatas, masih banyak pahlawan kemerdekaan yang lain. Tentunya kita sebagai generasi muda harus bisa mencontoh dan meneladani perjuangan para pahlawan yang telah gugur untuk Tanah Air Indonesia. Mungkin sekian dulu dari saya, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Wassalamualaikum wr. wb.



































































2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.