BULAN Rabiul Awwal diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Peringatan Maulid Nabi ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai perbuatan bid’ah, dengan dalih Nabi Muhammad sendiri tidak pernah merayakan hari kelahiran beliau.
Sebagian pihak lainnya meyakini hal itu adalah sunnah, sebab peringatan tersebut merupakan upaya mengkaji ulang nilai-nilai dari sejarah kelahiran Muhammad Saw untuk diteladani. Peringatan maulid ini juga dimaknai sebagai bagian dari syukur nikmat, karena kelahiran Muhammad saw diyakini sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam.
Saya tidak setuju jika memperingati maulid Nabi digeneralisasi sebagai perbuatan bid’ah. Sebab dari tinjauan historis, peringatan maulid pernah dirayakan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi bersama para ulama pada masa itu, dengan berbagai alasan yang sangat bisa diterima.
Namun yang menjadi salah kaprah dan keliru adalah jika momen tersebut hanya upacara makan-makan saja sambil bersukaria serta melupakan hakikat peringatan tersebut.
Umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti peringatan maulid ini. Begitu juga peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan Muharram, dan sebagainya.
Bukan masyruSecara khusus Nabi Muhammad saw memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Jadi, hal ini tidak bisa dikatakan masyru’ (disyariatkan), tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas itu adalah meneladani segala sikap beliau dan diaplikasikan dalam hidup kita sehar-hari sebagai seorang muslim.
Hari kelahiran Nabi Muhammad saw, itu bisa kita jadikan sebagai bentuk mengingat kembali diutusnya Muhammad saw sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam Shahih Bukhari diceritakan sebuah kisah tentang Tsuwaibah seorang budak (perempuan) Abu Lahab (paman Nabi Muhammad Saw). Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad, tepatnya hari Senin 12 Rabiul Awal. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah.
Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksaan kepada Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah Swt, yang paling berhak tentang urusan akhirat.
Peringatan Maulid Nabi secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen.
Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad saw, menambah ketakwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Aceh. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketakwaan kita, perlu kita lakukan.
Pelajaran penting Yang perlu dijadikan sebagai catatan adalah, bahwa peringatan maulid Nabi ini pada dasarnya adalah untuk mengingat dan mempelajari kembali perjuangan dan keteladanan Nabi Muhammad saw. Tujuannya tidak lain adalah agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehidupan Nabi Muhammad saw.
Kehidupan Nabi Muhammad saw memberikan kita contoh-contoh yang mulia, baik sebagai seorang muslim yang lurus perilakunya dan terpercaya di antara kaumnya dan juga kerabatnya, maupun sebagai da’i (aktivis dakwah) yang menyeru kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik.
Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala urusan dengan cerdas dan bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, sebagai panglima perang yang mahir, sebagai negarawan yang cerdas dan jujur. Jadi pada dasarnya nilai-nilai inilah yang harus digali kembali melalui peringatan maulid Nabi ini. Wallahu a’lam bishshawab.
BULAN Rabiul Awwal diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Peringatan Maulid Nabi ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai perbuatan bid’ah, dengan dalih Nabi Muhammad sendiri tidak pernah merayakan hari kelahiran beliau.
Sebagian pihak lainnya meyakini hal itu adalah sunnah, sebab peringatan tersebut merupakan upaya mengkaji ulang nilai-nilai dari sejarah kelahiran Muhammad Saw untuk diteladani. Peringatan maulid ini juga dimaknai sebagai bagian dari syukur nikmat, karena kelahiran Muhammad saw diyakini sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam.
Saya tidak setuju jika memperingati maulid Nabi digeneralisasi sebagai perbuatan bid’ah. Sebab dari tinjauan historis, peringatan maulid pernah dirayakan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi bersama para ulama pada masa itu, dengan berbagai alasan yang sangat bisa diterima.
Namun yang menjadi salah kaprah dan keliru adalah jika momen tersebut hanya upacara makan-makan saja sambil bersukaria serta melupakan hakikat peringatan tersebut.
Umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti peringatan maulid ini. Begitu juga peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan Muharram, dan sebagainya.
Secara khusus Nabi Muhammad saw memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Jadi, hal ini tidak bisa dikatakan masyru’ (disyariatkan), tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas itu adalah meneladani segala sikap beliau dan diaplikasikan dalam hidup kita sehar-hari sebagai seorang muslim.
Hari kelahiran Nabi Muhammad saw, itu bisa kita jadikan sebagai bentuk mengingat kembali diutusnya Muhammad saw sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam Shahih Bukhari diceritakan sebuah kisah tentang Tsuwaibah seorang budak (perempuan) Abu Lahab (paman Nabi Muhammad Saw). Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad, tepatnya hari Senin 12 Rabiul Awal. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah.
Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksaan kepada Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah Swt, yang paling berhak tentang urusan akhirat.
Peringatan Maulid Nabi secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen.
Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad saw, menambah ketakwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Aceh. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketakwaan kita, perlu kita lakukan.
Makna penting dari Maulid NabiYang perlu dijadikan sebagai catatan adalah, bahwa peringatan maulid Nabi ini pada dasarnya adalah untuk mengingat dan mempelajari kembali perjuangan dan keteladanan Nabi Muhammad saw. Tujuannya tidak lain adalah agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehidupan Nabi Muhammad saw.
Kehidupan Nabi Muhammad saw memberikan kita contoh-contoh yang mulia, baik sebagai seorang muslim yang lurus perilakunya dan terpercaya di antara kaumnya dan juga kerabatnya, maupun sebagai da’i (aktivis dakwah) yang menyeru kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik.
Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala urusan dengan cerdas dan bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, sebagai panglima perang yang mahir, sebagai negarawan yang cerdas dan jujur. Jadi pada dasarnya nilai-nilai inilah yang harus digali kembali melalui peringatan maulid Nabi ini. Wallahu a’lam bishshawab.
Tidak ada komentar: